Bolehkah Wudu dengan Bantuan Orang Lain?
Dalam fiqih disebutkan bahwa di antara sunah wudu adalah melakukannya tanpa bantuan orang lain. Kita disunahkan untuk berusaha sendiri dalam proses pelaksanaan wudu, mulai dari mengambil air dan menuangkan air ke anggota tubuh.
Namun bagaimana hukumnya kita minta bantuan kepada orang lain ketika wudu? Apakah boleh kita minta bantuan terutama ketika kita sedang sakit?
Dalam kitab Safinatun Najah disebutkan secara rinci mengenai minta bantuan kepada orang lain ketika melakukan wudu. Ada empat hukum minta bantuan ketika wudhu; mubah atau boleh, khilaful aula atau menyimpang dari keutamaan, makruh dan wajib. Keempat hukum tersebut disebutkan secara oleh Syaikh Salim Alhadhrami dalam kitabnya Safinatun Najah;
الإستعانات أربع خصال: مباحة، وخلاف الأولى، ومكروھه، وواجبة فالمباحة ھي تقريب الماء، وخلاف الأولى ھي صب الماء على نحو المتوضئ، والمكروھه ھي لمن يغسل أعضاءه، والواجبة ھي للمريض عند العجز
“Minta bantuan (ketika wudu) ada empat hukum; mubahah atau boleh, khilaful aula atau menyimpang dari keutamaan, makruh dan wajib. Boleh jika hanya minta bantuan untuk mendekatkan air, menyimpang dari keutamaan jika minta bantuan untuk menuangkan air ke arah orang melakukan wudu, makruh jika minta bantuan untuk membasuh anggota wudu dan wajib minta bantuan bagi orang sakit yang tidak mampu melakukan wudu dengan sendiri.
Dengan demikian, wudu kita dinilai sah meskipun minta bantuan kepada orang lain. Bahkan kalau kita sakit dan tidak mampu wudu sendiri, maka kita wajib minta bantuan kepada orang lain untuk mewudukan kita.
Nabi Saw. pernah suatu ketika minta bantuan untuk menuangkan air pada saat wudu kepada sahabatnya. Disebutkan dalam hadis riwayat imam Bukhari dari Usamah bin Zaid;
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – لَمَّا أَفَاضَ مِنْ عَرَفَةَ عَدَلَ إِلَى الشِّعْبِ ، فَقَضَى حَاجَتَهُ . قَالَ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ فَجَعَلْتُ أَصُبُّ عَلَيْهِ وَيَتَوَضَّأُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتُصَلِّى فَقَالَ الْمُصَلَّى أَمَامَكَ
“Rasulullah Saw ketika berangkat dari Arofah, beliau menuju celah bukit, lalu menunaikan hajatnya. Usamah bin Zaid berkata, ‘kemudian aku yang mengguyurkan air, lalu beliau Saw. berwudu’. Lalu aku bertanya kepada beliau, ‘engkau akan salat?.’ Beliau menjawab, ‘salat di depanmu.”
Dalam hadis riwayat imam Bukhari juga disebutkan;
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى سَفَرٍ ، وَأَنَّهُ ذَهَبَ لِحَاجَةٍ لَهُ ، وَأَنَّ مُغِيرَةَ جَعَلَ يَصُبُّ الْمَاءَ عَلَيْهِ ، وَهُوَ يَتَوَضَّأُ ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ
“Dari Almughirah bin Syu’bah bahwa dia bersama Rasulullah Saw. dalam sebuah perjalanan, lalu beliau pergi buang hajat. Mughirah yang menuangkan air kepada beliau, kemudian beliau berwudu, mencuci wajahnya, kedua tangannya dan mengusap kepalanya dan kedua khuf-nya”.
Melalui dua hadis ini dapat kita ketahui bahwa minta bantuan kepada orang lain ketika wudu diperbolehkan, hanya saja tetap disunahkan untuk dilakukan sendiri.
0 komentar: