SELAMAT BERGABUNG DI MUSLIM CENTER. KAMI AKAN MENYEDIAKAN BERITA DAN KONTEN ISLAMI TERUPDATE SETIAP MINGGUNYA
Post Yang Belum Di Upload
Inilah Manfaat Membaca Al-Qur'an bagi Kesehatan

Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh dr. Al-Qodhi di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan ayat suci  Al-Qur'an, baik mereka yg mengerti bahasa Arab atau tidak, ternyata memberikan perubahan fisiologis yang sangat besar. Termasuk salah satunya dapat  menangkal berbagai macam penyakit. 

Hal tsb dikuatkan lagi oleh Penemuan Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. 

Mengapa di dalam Islam, ketika kita mengaji disarankan untuk bersuara? Minimal untuk diri sendiri alias terdengar oleh telinga kita. 

Berikut penjelasanya :

Setiap sel di dalam tubuh kita bergetar di dalam sebuah sistem yang seksama, dan perubahan sekecil apapun dalam getaran ini  akan menimbulkan potensi penyakit di berbagai bagian tubuh... 

Nah... Sel-sel yang rusak ini harus digetarkan kembali untuk mengembalikan keseimbangannya. 

Hal tersebut artinya harus dengan suara. Maka munculah TERAPI SUARA yang ditemukan oleh dr. Alfred Tomatis, seorang dokter di Perancis.

Sementara dr. Al-Qodhi menemukan, bahwa
MEMBACA AL-QUR'AN DENGAN BERSUARA,  Memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap sel-sel otak untuk mengembalikan keseimbangannya.

Penelitian berikutnya membuktikan Sel Kanker dapat hancur dengan menggunakan FREKUENSI SUARA  saja.

Dan kembali terbukti bahwa, Membaca Al-Qur'an memiliki dampak hebat dalam proses penyembuhan penyakit sekaliber kanker. 

 Virus dan kuman berhenti bergetar saat dibacakan ayat suci Al-Qur'an, dan di saat yang sama , sel-sel sehat menjadi aktif.

Mengembalikan keseimbangan program yang terganggu tadi. 
Silakan dilihat QS. Al-Isro' ayat 82 

Dan yang lebih menguatkan supaya diri ini semakin rajin dan giat membaca Al-Qur'an adalah karena menurut survei : 

SUARA YANG PALING MEMILIKI PENGARUH KUAT TERHADAP SEL-SEL TUBUH, ADALAH SUARA SI PEMILIK TUBUH ITU SENDIRI. 
Lihat QS. 7 ayat 55 dan QS. 17 ayat 10. 

Mengapa Sholat berjama'ah lebih di anjurkan?. 
Karena ada do'a yg dilantunkan dengan keras, sehingga terdengar oleh telinga, dan ini bisa mengembalikan sistem yang seharian rusak.

Mengapa dalam Islam mendengarkan lagu hingar bingar tidak dianjurkan?
Karena survei membuktikan, bahwa getaran suara hingar bingar MEMBUAT TUBUH TIDAK SEIMBANG.

Maka kesimpulannya adalah :

1. Bacalah Al-Qur'an di pagi hari dan malam hari sebelum tidur untuk mengembalikan sistem tubuh kembali normal.

2. Kurangi mendengarkan musik hingar bingar, ganti saja dengan murotal yang jelas-jelas memberikan efek menyembuhkan.
Siapa tau kita punya potensi terkena kanker, tapi karena rajin mendengarkan murotal, penyakit tersebut bisa hancur sebelum terdeteksi. 

3. Perbaiki baca Al-Qur'an (baca dengan tartil, penuhi Hukum Tajwid), karena efek suara kita sendirilah yang paling dasyat dalam penyembuhan.

Silakan disebarkan. Semoga menjadi wasilah amal kebaikan.

RENUNGAN ISLAM

Inilah Manfaat Membaca Al-Qur'an bagi Kesehatan

Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh dr. Al-Qodhi di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan ayat suci  Al-Qur'an, baik mereka yg mengerti bahasa Arab atau tidak, ternyata memberikan perubahan fisiologis yang sangat besar. Termasuk salah satunya dapat  menangkal berbagai macam penyakit. 

Hal tsb dikuatkan lagi oleh Penemuan Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. 

Mengapa di dalam Islam, ketika kita mengaji disarankan untuk bersuara? Minimal untuk diri sendiri alias terdengar oleh telinga kita. 

Berikut penjelasanya :

Setiap sel di dalam tubuh kita bergetar di dalam sebuah sistem yang seksama, dan perubahan sekecil apapun dalam getaran ini  akan menimbulkan potensi penyakit di berbagai bagian tubuh... 

Nah... Sel-sel yang rusak ini harus digetarkan kembali untuk mengembalikan keseimbangannya. 

Hal tersebut artinya harus dengan suara. Maka munculah TERAPI SUARA yang ditemukan oleh dr. Alfred Tomatis, seorang dokter di Perancis.

Sementara dr. Al-Qodhi menemukan, bahwa
MEMBACA AL-QUR'AN DENGAN BERSUARA,  Memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap sel-sel otak untuk mengembalikan keseimbangannya.

Penelitian berikutnya membuktikan Sel Kanker dapat hancur dengan menggunakan FREKUENSI SUARA  saja.

Dan kembali terbukti bahwa, Membaca Al-Qur'an memiliki dampak hebat dalam proses penyembuhan penyakit sekaliber kanker. 

 Virus dan kuman berhenti bergetar saat dibacakan ayat suci Al-Qur'an, dan di saat yang sama , sel-sel sehat menjadi aktif.

Mengembalikan keseimbangan program yang terganggu tadi. 
Silakan dilihat QS. Al-Isro' ayat 82 

Dan yang lebih menguatkan supaya diri ini semakin rajin dan giat membaca Al-Qur'an adalah karena menurut survei : 

SUARA YANG PALING MEMILIKI PENGARUH KUAT TERHADAP SEL-SEL TUBUH, ADALAH SUARA SI PEMILIK TUBUH ITU SENDIRI. 
Lihat QS. 7 ayat 55 dan QS. 17 ayat 10. 

Mengapa Sholat berjama'ah lebih di anjurkan?. 
Karena ada do'a yg dilantunkan dengan keras, sehingga terdengar oleh telinga, dan ini bisa mengembalikan sistem yang seharian rusak.

Mengapa dalam Islam mendengarkan lagu hingar bingar tidak dianjurkan?
Karena survei membuktikan, bahwa getaran suara hingar bingar MEMBUAT TUBUH TIDAK SEIMBANG.

Maka kesimpulannya adalah :

1. Bacalah Al-Qur'an di pagi hari dan malam hari sebelum tidur untuk mengembalikan sistem tubuh kembali normal.

2. Kurangi mendengarkan musik hingar bingar, ganti saja dengan murotal yang jelas-jelas memberikan efek menyembuhkan.
Siapa tau kita punya potensi terkena kanker, tapi karena rajin mendengarkan murotal, penyakit tersebut bisa hancur sebelum terdeteksi. 

3. Perbaiki baca Al-Qur'an (baca dengan tartil, penuhi Hukum Tajwid), karena efek suara kita sendirilah yang paling dasyat dalam penyembuhan.

Silakan disebarkan. Semoga menjadi wasilah amal kebaikan.

0 komentar:


SHARING ON THE  WEEKENDS
HARI: SABTU
PUKUL: 13.45 S/D SELESAI
TEMPAT: MUSHOLLA DARUL ULUM SMKN 2 KOTA TEBING TINGGI,SUMUT






SHARING ON THE  WEEKENDS
HARI: SABTU
PUKUL: 13.45 S/D SELESAI
TEMPAT: MUSHOLLA DARUL ULUM SMKN 2 KOTA TEBING TINGGI,SUMUT





0 komentar:

Sharing on weekends
TEMA:"jangan galau"

Assalamualaikum man teman, di awal tahun 2018 ini kami dri muslim center Smkn 2 T.Tinggi mengadakan acara yg bernama"SHARING ON WEEKENDS"... Sebagai pembuka kami membuat acara bertajuk "Jangan Galau".. Wyh??  Kenapa harus itu temanya ya? ๐Ÿค” mungkin teman" ada yg sudah duduk di bangku kelas 3 Sma/k... Saat" ini mungkin teman" bnyk yg galau tamat sekolah mau kemana, atau jgan" ada yg berfikir lulus ato nggk๐Ÿ˜ dan mungkin masih ada yg galau karna gk bisa lupain man*an๐Ÿ™Š

Nah kali ini kita bkalan sharing tips dan trick yg bakal buat kamu lebih semangat dalam melakukan aktivitas sekolah,tanpa rasa galau..  Untuk kali ini kita bakal ditemani oleh Kak kurnia rahman sebagai pembicaranya, di tunggu di darul 'ulum ya ma teman.. 

๐Ÿ—“sabtu, 20 januari 2018
๐Ÿ•‘pukul 13.45-selesai
๐Ÿ”ฐMushola Darul 'Ulum, smkn 2 T. Tinggi
๐Ÿ“ข Kurnia Rahman,Se

#SHOW_muslimcenter

SHARING ON WEEKEND

Sharing on weekends
TEMA:"jangan galau"

Assalamualaikum man teman, di awal tahun 2018 ini kami dri muslim center Smkn 2 T.Tinggi mengadakan acara yg bernama"SHARING ON WEEKENDS"... Sebagai pembuka kami membuat acara bertajuk "Jangan Galau".. Wyh??  Kenapa harus itu temanya ya? ๐Ÿค” mungkin teman" ada yg sudah duduk di bangku kelas 3 Sma/k... Saat" ini mungkin teman" bnyk yg galau tamat sekolah mau kemana, atau jgan" ada yg berfikir lulus ato nggk๐Ÿ˜ dan mungkin masih ada yg galau karna gk bisa lupain man*an๐Ÿ™Š

Nah kali ini kita bkalan sharing tips dan trick yg bakal buat kamu lebih semangat dalam melakukan aktivitas sekolah,tanpa rasa galau..  Untuk kali ini kita bakal ditemani oleh Kak kurnia rahman sebagai pembicaranya, di tunggu di darul 'ulum ya ma teman.. 

๐Ÿ—“sabtu, 20 januari 2018
๐Ÿ•‘pukul 13.45-selesai
๐Ÿ”ฐMushola Darul 'Ulum, smkn 2 T. Tinggi
๐Ÿ“ข Kurnia Rahman,Se

#SHOW_muslimcenter

0 komentar:

[19:35, 1/15/2018] Kak Iklas: ONE DAY ONE HADITH

Senin, 15 Januari 2018 / 27 Rabi'ul Akhir 1439 H

DOSA BESAR YANG PALING BESAR

ุนَู†ْ ุนَุจْุฏِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุจْู†ِ ุฃَุจِูŠ ุจَูƒْุฑَุฉَ ุนَู†ْ ุฃَุจِูŠู‡ِ ุฑَุถِูŠَ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู†ْู‡ُ ู‚َุงู„َ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฃَู„َุง ุฃُู†َุจِّุฆُูƒُู…ْ ุจِุฃَูƒْุจَุฑِ ุงู„ْูƒَุจَุงุฆِุฑِ ู‚ُู„ْู†َุง ุจَู„َู‰ ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ู‚َุงู„َ ุงู„ْุฅِุดْุฑَุงูƒُ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุนُู‚ُูˆู‚ُ ุงู„ْูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ ูˆَูƒَุงู†َ ู…ُุชَّูƒِุฆًุง ูَุฌَู„َุณَ ูَู‚َุงู„َ ุฃَู„َุง ูˆَู‚َูˆْู„ُ ุงู„ุฒُّูˆุฑِ ูˆَุดَู‡َุงุฏَุฉُ ุงู„ุฒُّูˆุฑِ ุฃَู„َุง ูˆَู‚َูˆْู„ُ ุงู„ุฒُّูˆุฑِ ูˆَุดَู‡َุงุฏَุฉُ ุงู„ุฒُّูˆุฑِ ูَู…َุง ุฒَุงู„َ ูŠَู‚ُูˆู„ُู‡َุง ุญَุชَّู‰ ู‚ُู„ْุชُ ู„َุง ูŠَุณْูƒُุชُ

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari Ayahnya RA dia berkata; Rasulullah shallallohu 'alaihi wa salam bersabda: "Mahukah kalian aku beritahu sesuatu yang termasuk dosa besar? Kami menjawab; "Tentu wahai Rasulullah." Baginda bersabda: "Menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua." ketika itu baginda tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: "Perkataan dusta dan kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu." Baginda terus saja mengulanginya hingga saya mengira baginda tidak akan berhenti." (HR Bukhari No: 5519) Status: Hadis Sahih

Empat dosa besar yang paling besar adalah
a.  Melakukan syirik 
b.  Mendurhakai kedua orang tua
c.  Berdusta 
d.  Menjadi saksi palsu

Dari empat jenis dosa besar yang paling besar, bahasan ODOH kali ini fokus pada dusta. Berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk dosa besar, bahkan bisa keluar dari Islam, karena yang bersangkutan telah memposisikan diri dengan tidak menyadari nya menjadi Nabi.

Imam Adz Dzahabi dalam kitab beliau Al Kabair (mengenai dosa-dosa besar) berkata, “Berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk kekufuran yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Tidak ragu lagi bahwa siapa saja yang sengaja berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan.

Beberapa dalil yang dibawakan oleh Imam Adz Dzahabi adalah sebagai berikut.

Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฅِู†َّ ูƒَุฐِุจًุง ุนَู„َู‰َّ ู„َูŠْุณَ ูƒَูƒَุฐِุจٍ ุนَู„َู‰ ุฃَุญَุฏٍ ، ู…َู†ْ ูƒَุฐَุจَ ุนَู„َู‰َّ ู…ُุชَุนَู…ِّุฏًุง ูَู„ْูŠَุชَุจَูˆَّุฃْ ู…َู‚ْุนَุฏَู‡ُ ู…ِู†َ ุงู„ู†َّุงุฑِ

“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4).

Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

ูَู…َู†ْ ูƒَุฐَุจَ ุนَู„َูŠَّ  ุจู†ูŠَ ู„َู‡ُ ุจَูŠْุชٌ ูِูŠ ุฌَู‡َู†َّู…َ

“Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir)

Imam Dzahabi juga membawakan hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berkata atas namaku padahal aku sendiri tidak mengatakannya, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka.”

Dalam hadits lainnya disebutkan pula,

ูŠُุทْุจَุนُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ْุฎِู„ุงَู„ِ ูƒُู„ِّู‡َุง ุฅِู„ุงَّ ุงู„ْุฎِูŠَุงู†َุฉَ ูˆَุงู„ْูƒَุฐِุจَ

“Seorang mukmin memiliki tabiat yang baik kecuali khianat dan dusta.” (HR. Ahmad 5: 252. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dhoif)

Dari ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َู†ْ ุฑَูˆَู‰ ุนَู†ِّู‰ ุญَุฏِูŠุซًุง ูˆَู‡ُูˆَ ูŠَุฑَู‰ ุฃَู†َّู‡ُ ูƒَุฐِุจٌ ูَู‡ُูˆَ ุฃَุญَุฏُ ุงู„ْูƒَุงุฐِุจَูŠْู†ِ

“Siapa yang meriwayatkan dariku suatu hadits yang ia menduga bahwa itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari dua pendusta (karena meriwayatkannya).” (HR. Muslim dalam muqoddimah kitab shahihnya pada Bab “Wajibnya meriwayatkan dari orang yang tsiqoh -terpercaya-, juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 39. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Setelah membawakan hadits-hadits di atas, Imam Adz Dzahabi berkata, “Dengan ini menjadi jelas dan teranglah bahwa meriwayatkan hadits maudhu’ -dari perowi pendusta- (hadits palsu) tidaklah dibolehkan.” apalagi menyandarkan ucapan seseorang kepada Nabi tentunya ini perbuatan dusta yang nyata.  (Lihat kitab Al Kabair karya Imam Adz Dzahabi, terbitan Maktabah Darul Bayan, cetakan kelima, tahun 1418 H, hal. 28-29).

ONE DAY ONE HADITH

[19:35, 1/15/2018] Kak Iklas: ONE DAY ONE HADITH

Senin, 15 Januari 2018 / 27 Rabi'ul Akhir 1439 H

DOSA BESAR YANG PALING BESAR

ุนَู†ْ ุนَุจْุฏِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุจْู†ِ ุฃَุจِูŠ ุจَูƒْุฑَุฉَ ุนَู†ْ ุฃَุจِูŠู‡ِ ุฑَุถِูŠَ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู†ْู‡ُ ู‚َุงู„َ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฃَู„َุง ุฃُู†َุจِّุฆُูƒُู…ْ ุจِุฃَูƒْุจَุฑِ ุงู„ْูƒَุจَุงุฆِุฑِ ู‚ُู„ْู†َุง ุจَู„َู‰ ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ู‚َุงู„َ ุงู„ْุฅِุดْุฑَุงูƒُ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุนُู‚ُูˆู‚ُ ุงู„ْูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ ูˆَูƒَุงู†َ ู…ُุชَّูƒِุฆًุง ูَุฌَู„َุณَ ูَู‚َุงู„َ ุฃَู„َุง ูˆَู‚َูˆْู„ُ ุงู„ุฒُّูˆุฑِ ูˆَุดَู‡َุงุฏَุฉُ ุงู„ุฒُّูˆุฑِ ุฃَู„َุง ูˆَู‚َูˆْู„ُ ุงู„ุฒُّูˆุฑِ ูˆَุดَู‡َุงุฏَุฉُ ุงู„ุฒُّูˆุฑِ ูَู…َุง ุฒَุงู„َ ูŠَู‚ُูˆู„ُู‡َุง ุญَุชَّู‰ ู‚ُู„ْุชُ ู„َุง ูŠَุณْูƒُุชُ

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari Ayahnya RA dia berkata; Rasulullah shallallohu 'alaihi wa salam bersabda: "Mahukah kalian aku beritahu sesuatu yang termasuk dosa besar? Kami menjawab; "Tentu wahai Rasulullah." Baginda bersabda: "Menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua." ketika itu baginda tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: "Perkataan dusta dan kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu." Baginda terus saja mengulanginya hingga saya mengira baginda tidak akan berhenti." (HR Bukhari No: 5519) Status: Hadis Sahih

Empat dosa besar yang paling besar adalah
a.  Melakukan syirik 
b.  Mendurhakai kedua orang tua
c.  Berdusta 
d.  Menjadi saksi palsu

Dari empat jenis dosa besar yang paling besar, bahasan ODOH kali ini fokus pada dusta. Berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk dosa besar, bahkan bisa keluar dari Islam, karena yang bersangkutan telah memposisikan diri dengan tidak menyadari nya menjadi Nabi.

Imam Adz Dzahabi dalam kitab beliau Al Kabair (mengenai dosa-dosa besar) berkata, “Berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk kekufuran yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Tidak ragu lagi bahwa siapa saja yang sengaja berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan.

Beberapa dalil yang dibawakan oleh Imam Adz Dzahabi adalah sebagai berikut.

Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ุฅِู†َّ ูƒَุฐِุจًุง ุนَู„َู‰َّ ู„َูŠْุณَ ูƒَูƒَุฐِุจٍ ุนَู„َู‰ ุฃَุญَุฏٍ ، ู…َู†ْ ูƒَุฐَุจَ ุนَู„َู‰َّ ู…ُุชَุนَู…ِّุฏًุง ูَู„ْูŠَุชَุจَูˆَّุฃْ ู…َู‚ْุนَุฏَู‡ُ ู…ِู†َ ุงู„ู†َّุงุฑِ

“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4).

Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

ูَู…َู†ْ ูƒَุฐَุจَ ุนَู„َูŠَّ  ุจู†ูŠَ ู„َู‡ُ ุจَูŠْุชٌ ูِูŠ ุฌَู‡َู†َّู…َ

“Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir)

Imam Dzahabi juga membawakan hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berkata atas namaku padahal aku sendiri tidak mengatakannya, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka.”

Dalam hadits lainnya disebutkan pula,

ูŠُุทْุจَุนُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ْุฎِู„ุงَู„ِ ูƒُู„ِّู‡َุง ุฅِู„ุงَّ ุงู„ْุฎِูŠَุงู†َุฉَ ูˆَุงู„ْูƒَุฐِุจَ

“Seorang mukmin memiliki tabiat yang baik kecuali khianat dan dusta.” (HR. Ahmad 5: 252. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dhoif)

Dari ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ู…َู†ْ ุฑَูˆَู‰ ุนَู†ِّู‰ ุญَุฏِูŠุซًุง ูˆَู‡ُูˆَ ูŠَุฑَู‰ ุฃَู†َّู‡ُ ูƒَุฐِุจٌ ูَู‡ُูˆَ ุฃَุญَุฏُ ุงู„ْูƒَุงุฐِุจَูŠْู†ِ

“Siapa yang meriwayatkan dariku suatu hadits yang ia menduga bahwa itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari dua pendusta (karena meriwayatkannya).” (HR. Muslim dalam muqoddimah kitab shahihnya pada Bab “Wajibnya meriwayatkan dari orang yang tsiqoh -terpercaya-, juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 39. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Setelah membawakan hadits-hadits di atas, Imam Adz Dzahabi berkata, “Dengan ini menjadi jelas dan teranglah bahwa meriwayatkan hadits maudhu’ -dari perowi pendusta- (hadits palsu) tidaklah dibolehkan.” apalagi menyandarkan ucapan seseorang kepada Nabi tentunya ini perbuatan dusta yang nyata.  (Lihat kitab Al Kabair karya Imam Adz Dzahabi, terbitan Maktabah Darul Bayan, cetakan kelima, tahun 1418 H, hal. 28-29).

0 komentar:

ONE DAY ONE HADITH

Jumat,  12 Januari 2018 /24  Rabi'ul Akhir 1439 H

AMAL TIDAK IKHLAS

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

ุฅِู†َّ ุงَูˆَّู„َ ุงู„ู†َّุงุณِ ูŠُู‚ْุถَู‰ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุฑَุฌُู„ٌ ุงุณْุชُุดْู‡ِุฏَ ูَุฃُุชِูŠَ ุจِู‡ِ ูَุนَุฑَّูَู‡ُ ู†ِุนَู…َู‡ُ ูَุนَุฑَูَุนَู‡َุง, ู‚َุงู„َ: ูَู…َุง ุนَู…ِู„ْุชَ ูِูŠْู‡َุง؟ ู‚َุงู„َ: ู‚َุงุชَู„ْุชُ ูِูŠْูƒَ ุญَุชَّู‰ ุงุณْุชُุดْู‡ِุฏْุชُ ู‚َุงู„َ: ูƒَุฐَุจْุชَ ูˆَู„َูƒِู†َّูƒَ ู‚َุงุชَู„ْุชَ ِู„ุฃَู†ْ ูŠُู‚َุงู„َ ุฌَุฑِูŠْุกٌ, ูَู‚َุฏْ ู‚ِูŠْู„َ ، ุซُู…َّ ุฃُู…ِุฑَ ุจِู‡ِ ูَุณُุญِุจَ ุนَู„َู‰ ูˆَุฌْู‡ِู‡ِ ุญَุชَّู‰ ุงُู„ْู‚ِูŠَ ููŠِ ุงู„ู†َّุงุฑِ, ูˆَุฑَุฌُู„ٌ ุชَุนَู„َّู…َ ุงู„ْุนِู„ْู…َ ูˆَุนَู„َّู…َู‡ُ ูˆَู‚َุฑَุฃََ ุงْู„ู‚ُุฑْุขู†َ ูَุฃُُุชِูŠَ ุจِู‡ِ ูَุนَุฑَّูَู‡ُ ู†ِุนَู…َู‡ُ ูَุนَุฑَูَุนَู‡َุง, ู‚َุงู„َ: ูَู…َุง ุนَู…ِู„ْุชَ ูِูŠْู‡َุง؟ ู‚َุงู„َ: ุชَุนَู„َّู…ْุชُ ุงู„ْุนِู„ْู…َ ูˆَุนَู„َّู…ْุชُู‡ُ ูˆَู‚َุฑَุฃْุชُ ูِูŠْูƒَ ุงْู„ู‚ُุฑْุขู†َ, ู‚َุงู„َ:ูƒَุฐَุจْุชَ, ูˆَู„َูƒِู†َّูƒَ ุชَุนَู„َّู…ْุชَ ุงู„ْุนِู„ْู…َ ู„ِูŠُู‚َุงู„َ: ุนَุงู„ِู…ٌ ูˆَู‚َุฑَุฃْุชَ ุงْู„ู‚ُุฑْุขู†َ ู„ِูŠُู‚َุงู„َ ู‡ُูˆَ ู‚َุงุฑِู‰ุกٌٌ ، ูَู‚َุฏْ ู‚ِูŠْู„َ ، ุซُู…َّ ุฃُู…ِุฑَ ุจِู‡ِ ูَุณُุญِุจَ ุนَู„َู‰ ูˆَุฌْู‡ِู‡ِ ุญَุชَّู‰ ุงُู„ْู‚ِูŠَ ููŠِ ุงู„ู†َّุงุฑِ, ูˆَุฑَุฌُู„ٌ ูˆَุณَّุนَ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุงَุนْุทَุงู‡ُ ู…ِู†ْ ุงَุตْْู†َุงูِ ุงู„ْู…َุงู„ِ ูƒُู„ِّู‡ِ ูَุฃُุชِูŠَ ุจِู‡ِ ูَุนَุฑَّูَู‡ُ ู†ِุนَู…َู‡ُ ูَุนَุฑَูَู‡َุง, ู‚َุงู„َ: ูَู…َุง ุนَู…ِู„ْุชَ ูِูŠْู‡َุง؟ ู‚َุงู„َ: ู…َุงุชَุฑَูƒْุชُ ู…ِู†ْ ุณَุจِูŠْู„ٍ ุชُุญِุจُّ ุฃَู†ْ ูŠُู†ْูَู‚َ ูِูŠْู‡َุง ุฅِู„ุงَّ ุฃَู†ْูَู‚ْุชُ ูِูŠْู‡َุง ู„َูƒَ, ู‚َุงู„َ: ูƒَุฐَุจْุชَ ، ูˆَู„َูƒِู†َّูƒَ ูَุนَู„ْุชَ ู„ِูŠُู‚َุงู„َ ู‡ُูˆَ ุฌَูˆَุงุฏٌ ูَู‚َุฏْ ู‚ِูŠْู„َ, ุซُู…َّ ุฃُู…ِุฑَ ุจِู‡ِ ูَุณُุญِุจَ ุนَู„َู‰ ูˆَุฌْู‡ِู‡ِ ุซُู…َّ ุฃُู„ْู‚ِูŠَ ูِูŠ ุงู„ู†َّุงุฑِ

"Sesungguhnya orang pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati karena istisyhad (mencari syahid) di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang ia dapatkan di dunia, lalu ia pun mengakuinya. Kemudian ditanya kepadanya : ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang untuk-Mu Ya Allah, sampai-sampai aku mencari syahid’. Allah berkata kepadanya : ‘Engkau dusta! Engkau berjihad supaya dikatakan seorang yang pemberani. Dan itu telah dikatakan orang-orang’. Kemudian diperintahkan para Malaikat untuk menyeret orang itu atas wajahnya, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka. Dan juga orang yang menuntut ilmu, ia juga mengajarkannya serta membaca Al Qur'an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya yang ia dapatkan di dunia, lalu ia pun mengakuinya. Kemudian Allah berkata kepadanya: ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, aku juga membaca Al Qur'an karena engkau ya Allah’. Allah pun berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar disebut ‘alim (orang yang berilmu), engkau membaca Al Qur'an supaya disebut qari’ (ahli membaca Al Qur'an), dan orang-orang telah mengatakannya’. Kemudian diperintahkan para Malaikat agar menyeretnya atas wajahnya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. Dan juga orang yang Allah berikan ia kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kenikmatan-kenikmatan yang ia dapatkan di dunia, lalu ia pun mengakuinya. Allah berkata kepadanya : ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan suatu jalan kebaikan kecuali saya ber-infaq di sana karena Engkau ya Allah’. Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau melakukan itu supaya disebut  dermawan dan orang-orang telah mengatakan itu’. Kemudian diperintahkan para malaikat agar menyeretnya di atas wajahnya dan ia dilemparkan ke dalam neraka" (HR. Muslim no. 1905).

Perkara paling mendasar dan terpenting dalam perilaku beragama  adalah mengikhlaskan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan, hal itu sebagai syarat utama diterimanya amal ibadah.

 Ikhlas adalah termasuk amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian istimewa dan dilakukan dengan cara “istimrar” (terus menerus) di setiap kita hendak melakukan `amal `ibadah, agar amalan kita menjadi bernilai di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Amalan–amalan hati ialah pokok adapun amalan–amalan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat sekedudukan dengan ruh, adapun amalan sekedudukan dengan jasad, sehingga apabila ruh telah terpisah dengan jasad maka binasalah. Oleh sebab itu mengetahui hukum – hukum hati lebih penting dari pada mengetahui hukum-hukum jasad. [Badai`ul Fawaaid 3/224].

Niat berasal dari bahasa Arab, yang berarti tujuan. Sedangkan menurut istilah syara’ memiliki dua arti:

1. Ikhlash dalam beramal, yaitu semata-mata karena Allah, dan inilah yang sering dibicarakan oleh para Ulama ahli tauhid, suluk (perilaku) dan akhlak.

2. Membedakan antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lain, atau ibadah dengan kebiasaan. Istilah ini sering dipakai oleh ulama-ulama Fiqh.

Niat dipakai untuk membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan yang dilakukan oleh manusia), misalnya : Mandi, apabila dimaksudkan (niatkan) karena Allah semata untuk menghilangkan hadats besar (mandi junub misalnya) maka hal yang semacam itu akan menjadi ibadah, lain halnya apabila mandi semata-mata dimaksudkan untuk membersihkan badan atau mendapatkan kesegaran, maka hal itu menjadi adat (kebiasaan) saja.

Ikhlas adalah amalan hati.  Sesungguhnya ikhlas kunci dakwah para rasul, yakni menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata dan menjauhi thagut :

ูˆู…َุง ุฃُู…ِุฑُูˆْุง ุฅِู„ุงَّ ู„ِูŠَุนْุจُุฏُูˆْุง ุงู„ู„ู‡َ ู…ُุฎْู„ِุตِูŠْู†َ ู„َู‡ُ ุงู„ุฏِّูŠْู†َ ุญُู†َูَุงุกَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…[Al-Bayyinah: 5]

Yang dimaksud dengan ” (ุญُู†َูَุงุกَ ) agama yang lurus” pada ayat di atas adalah terjauhkan dari perkara-perkara syirik dan menuju kepada tauhid. Di sinilah pentingnya ikhlash dalam seluruh amal ibadah, agar amalan tersebut tidak sia-sia, dan tidak mendapat adzab dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kemudian bahwa pengaruh ikhlas terhadap amalan itu sangatlah besar, amal yang kecil dan sedikit jika dilakukan dengan ikhlas dapat memperoleh pahala yang besar. Suatu jenis amalan yang dikerjakan oleh manusia dengan menyempurnakan keikhlasannya dan ketundukkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, terkadang Allah Subahnahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa besar dengan sebab amalan itu, sebagaimana hadits al-bithaqah, seorang yang memiliki satu kartu Laa ilaaha illa Allah, lalu diampuni dosa-dosanya sebanyak 99 lembaran catatan amal keburukan, ini karena dia mengucapkan Laa ilaaha illa Allah dengan ikhlas dan jujur/benar, karena kalau tidak, maka para pelaku dosa besar yang masuk ke dalam neraka semuanya juga mengucapkan tauhid, tetapi perkataan mereka tidaklah lebih berat terhadap dosa-dosa mereka sebagaimana pemilik kartu (Laa ilaaha illa Allah) itu.”

Hadits pemilik kartu Laa ilaaha illa Allah itu, adalah sebagai berikut:

ุนَู†ْ ุฃَุจِูŠ ุนَุจْุฏِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ْู…َุนَุงูِุฑِูŠِّ ุซُู…َّ ุงู„ْุญُุจُู„ِูŠِّ ู‚َุงู„ ุณَู…ِุนْุชُ ุนَุจْุฏَ ุงู„ู‡ِb ุจْู†َ ุนَู…ْุฑِูˆ ุจْู†ِ ุงู„ْุนَุงุตِ ูŠَู‚ُูˆู„ُ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู‡َِ n ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ุณَูŠُุฎَู„ِّุตُ ุฑَุฌُู„ุงً ู…ِู†ْ ุฃُู…َّุชِูŠ ุนَู„َู‰ ุฑُุกُูˆุณِ ุงู„ْุฎَู„ุงَุฆِู‚ِ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ูَูŠَู†ْุดُุฑُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุชِุณْุนَุฉً ูˆَุชِุณْุนِูŠู†َ ุณِุฌِู„ุงَّ ูƒُู„ُّ ุณِุฌِู„ٍّ ู…ِุซْู„ُ ู…َุฏِّ ุงู„ْุจَุตَุฑِ ุซُู…َّ ูŠَู‚ُูˆู„ُ ุฃَุชُู†ْูƒِุฑُ ู…ِู†ْ ู‡َุฐَุง ุดَูŠْุฆًุง ุฃَุธَู„َู…َูƒَ ูƒَุชَุจَุชِูŠ ุงู„ْุญَุงูِุธُูˆู†َ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ู„ุงَ ูŠَุง ุฑَุจِّ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ุฃَูَู„َูƒَ ุนُุฐْุฑٌ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ู„ุงَ ูŠَุง ุฑَุจِّ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ุจَู„َู‰ ุฅِู†َّ ู„َูƒَ ุนِู†ْุฏَู†َุง ุญَุณَู†َุฉً ูَุฅِู†َّู‡ُ ู„َุง ุธُู„ْู…َ ุนَู„َูŠْูƒَ ุงู„ْูŠَูˆْู…َ ูَุชَุฎْุฑُุฌُ ุจِุทَุงู‚َุฉٌ ูِูŠู‡َุง ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู‡ُุจ ูˆَุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆู„ُู‡ُ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ุงุญْุถُุฑْ ูˆَุฒْู†َูƒَ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ูŠَุง ุฑَุจِّ ู…َุง ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ْุจِุทَุงู‚َุฉُ ู…َุนَ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุณِّุฌِู„َّุงุชِ ูَู‚َุงู„َ ุฅِู†َّูƒَ ู„ุงَ ุชُุธْู„َู…ُ ู‚َุงู„َ ูَุชُูˆุถَุนُ ุงู„ุณِّุฌِู„ุงَّุชُ ูِูŠ ูƒَูَّุฉٍ ูˆَุงู„ْุจِุทَุงู‚َุฉُ ูِูŠ ูƒَูَّุฉٍ ูَุทَุงุดَุชِ ุงู„ุณِّุฌِู„ุงَّุชُ ูˆَุซَู‚ُู„َุชِ ุงู„ْุจِุทَุงู‚َุฉُ ูَู„ุงَ ูŠَุซْู‚ُู„ُ ู…َุนَ ุงุณْู…ِ ุงู„ู‡ِู‚ ุดَูŠْุกٌ

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu , dia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengadili salah seorang laki-laki dari ummatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu ditunjukan kepada laki-laki tersebut 99 catatan (amal keburukan), setiap satu catatan panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian dikatakan kepada laki-laki tersebut: ”Apakah kau ingkari dari semua ini (kedzaliman yang telah kau perbuat)? Apakah para malaikat-Ku pencatat dan penjaga amalan menzhalimimu? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Lalu Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Apakah engkau punya alasan (berbuat kezhaliman itu)? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Kemudian Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Ya benar, tetapi sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami, dan sesungguhnya tidak ada kedzaliman atasmu pada hari ini. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan sebuah kartu kecil yang di dalamnya terdapat : Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhamadan ‘abduhu warasuluhu (Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Datangkan timbanganmu”, maka orang tersebut berkata: “Ya Tuhan untuk apa kartu kecil ini dibandingkan dengan catatan (amal keburukan) ini ?”, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Sesungguhnya pada hari ini tiada kedzaliman”. Maka diletakkanlah catatan itu pada salah satu daun timbangan, dan kartu kecil itu diletakan pada satu daun timbangan yang lain. Maka jadi ringanlah catatan-catatan `amal keburukan itu dan beratlah kartu kecil tersebut, maka tiadalah sesuatupun yang menjadi berat dibandingkan dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. [HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i].

Ada beberapa pengertian tentang ikhlas yang disebutkan oleh ulama, antara lain :
1. Diantaranya ada yang mengatakan : Ikhlas ialah “Menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya tujuan di dalam menjalankan ketaatan”.

2. Ada juga yang mengatakan : “Ikhlas ialah membersihkan perbuatan dari mencari pandangan manusia”.

3. Al-Harawi berkata: “Ikhlas ialah membersihkan amalan dari setiap noda”.

4. Dan sebagian yang lain ada yang mengatakan: “Orang yang mukhlis ialah orang yang tidak perduli, seandainya hilang seluruh penghormatan kepadanya di dalam hati manusia, untuk kebaikan hatinya bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan dia tidak suka manusia mengetahui amalannya walaupun seberat debu. Allah.

Tidak diragukan lagi bahwa keikhlasan membutuhkan kesungguhan, usaha dan tekad yang tinggi hingga seorang hamba mampu mengalahkan ego, syahwat, dan nafsu amarah dan lawamahnya.

ONE DAY ONE HADITH

ONE DAY ONE HADITH

Jumat,  12 Januari 2018 /24  Rabi'ul Akhir 1439 H

AMAL TIDAK IKHLAS

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

ุฅِู†َّ ุงَูˆَّู„َ ุงู„ู†َّุงุณِ ูŠُู‚ْุถَู‰ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุฑَุฌُู„ٌ ุงุณْุชُุดْู‡ِุฏَ ูَุฃُุชِูŠَ ุจِู‡ِ ูَุนَุฑَّูَู‡ُ ู†ِุนَู…َู‡ُ ูَุนَุฑَูَุนَู‡َุง, ู‚َุงู„َ: ูَู…َุง ุนَู…ِู„ْุชَ ูِูŠْู‡َุง؟ ู‚َุงู„َ: ู‚َุงุชَู„ْุชُ ูِูŠْูƒَ ุญَุชَّู‰ ุงุณْุชُุดْู‡ِุฏْุชُ ู‚َุงู„َ: ูƒَุฐَุจْุชَ ูˆَู„َูƒِู†َّูƒَ ู‚َุงุชَู„ْุชَ ِู„ุฃَู†ْ ูŠُู‚َุงู„َ ุฌَุฑِูŠْุกٌ, ูَู‚َุฏْ ู‚ِูŠْู„َ ، ุซُู…َّ ุฃُู…ِุฑَ ุจِู‡ِ ูَุณُุญِุจَ ุนَู„َู‰ ูˆَุฌْู‡ِู‡ِ ุญَุชَّู‰ ุงُู„ْู‚ِูŠَ ููŠِ ุงู„ู†َّุงุฑِ, ูˆَุฑَุฌُู„ٌ ุชَุนَู„َّู…َ ุงู„ْุนِู„ْู…َ ูˆَุนَู„َّู…َู‡ُ ูˆَู‚َุฑَุฃََ ุงْู„ู‚ُุฑْุขู†َ ูَุฃُُุชِูŠَ ุจِู‡ِ ูَุนَุฑَّูَู‡ُ ู†ِุนَู…َู‡ُ ูَุนَุฑَูَุนَู‡َุง, ู‚َุงู„َ: ูَู…َุง ุนَู…ِู„ْุชَ ูِูŠْู‡َุง؟ ู‚َุงู„َ: ุชَุนَู„َّู…ْุชُ ุงู„ْุนِู„ْู…َ ูˆَุนَู„َّู…ْุชُู‡ُ ูˆَู‚َุฑَุฃْุชُ ูِูŠْูƒَ ุงْู„ู‚ُุฑْุขู†َ, ู‚َุงู„َ:ูƒَุฐَุจْุชَ, ูˆَู„َูƒِู†َّูƒَ ุชَุนَู„َّู…ْุชَ ุงู„ْุนِู„ْู…َ ู„ِูŠُู‚َุงู„َ: ุนَุงู„ِู…ٌ ูˆَู‚َุฑَุฃْุชَ ุงْู„ู‚ُุฑْุขู†َ ู„ِูŠُู‚َุงู„َ ู‡ُูˆَ ู‚َุงุฑِู‰ุกٌٌ ، ูَู‚َุฏْ ู‚ِูŠْู„َ ، ุซُู…َّ ุฃُู…ِุฑَ ุจِู‡ِ ูَุณُุญِุจَ ุนَู„َู‰ ูˆَุฌْู‡ِู‡ِ ุญَุชَّู‰ ุงُู„ْู‚ِูŠَ ููŠِ ุงู„ู†َّุงุฑِ, ูˆَุฑَุฌُู„ٌ ูˆَุณَّุนَ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุงَุนْุทَุงู‡ُ ู…ِู†ْ ุงَุตْْู†َุงูِ ุงู„ْู…َุงู„ِ ูƒُู„ِّู‡ِ ูَุฃُุชِูŠَ ุจِู‡ِ ูَุนَุฑَّูَู‡ُ ู†ِุนَู…َู‡ُ ูَุนَุฑَูَู‡َุง, ู‚َุงู„َ: ูَู…َุง ุนَู…ِู„ْุชَ ูِูŠْู‡َุง؟ ู‚َุงู„َ: ู…َุงุชَุฑَูƒْุชُ ู…ِู†ْ ุณَุจِูŠْู„ٍ ุชُุญِุจُّ ุฃَู†ْ ูŠُู†ْูَู‚َ ูِูŠْู‡َุง ุฅِู„ุงَّ ุฃَู†ْูَู‚ْุชُ ูِูŠْู‡َุง ู„َูƒَ, ู‚َุงู„َ: ูƒَุฐَุจْุชَ ، ูˆَู„َูƒِู†َّูƒَ ูَุนَู„ْุชَ ู„ِูŠُู‚َุงู„َ ู‡ُูˆَ ุฌَูˆَุงุฏٌ ูَู‚َุฏْ ู‚ِูŠْู„َ, ุซُู…َّ ุฃُู…ِุฑَ ุจِู‡ِ ูَุณُุญِุจَ ุนَู„َู‰ ูˆَุฌْู‡ِู‡ِ ุซُู…َّ ุฃُู„ْู‚ِูŠَ ูِูŠ ุงู„ู†َّุงุฑِ

"Sesungguhnya orang pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati karena istisyhad (mencari syahid) di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang ia dapatkan di dunia, lalu ia pun mengakuinya. Kemudian ditanya kepadanya : ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang untuk-Mu Ya Allah, sampai-sampai aku mencari syahid’. Allah berkata kepadanya : ‘Engkau dusta! Engkau berjihad supaya dikatakan seorang yang pemberani. Dan itu telah dikatakan orang-orang’. Kemudian diperintahkan para Malaikat untuk menyeret orang itu atas wajahnya, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka. Dan juga orang yang menuntut ilmu, ia juga mengajarkannya serta membaca Al Qur'an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya yang ia dapatkan di dunia, lalu ia pun mengakuinya. Kemudian Allah berkata kepadanya: ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, aku juga membaca Al Qur'an karena engkau ya Allah’. Allah pun berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar disebut ‘alim (orang yang berilmu), engkau membaca Al Qur'an supaya disebut qari’ (ahli membaca Al Qur'an), dan orang-orang telah mengatakannya’. Kemudian diperintahkan para Malaikat agar menyeretnya atas wajahnya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. Dan juga orang yang Allah berikan ia kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kenikmatan-kenikmatan yang ia dapatkan di dunia, lalu ia pun mengakuinya. Allah berkata kepadanya : ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan suatu jalan kebaikan kecuali saya ber-infaq di sana karena Engkau ya Allah’. Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau melakukan itu supaya disebut  dermawan dan orang-orang telah mengatakan itu’. Kemudian diperintahkan para malaikat agar menyeretnya di atas wajahnya dan ia dilemparkan ke dalam neraka" (HR. Muslim no. 1905).

Perkara paling mendasar dan terpenting dalam perilaku beragama  adalah mengikhlaskan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan, hal itu sebagai syarat utama diterimanya amal ibadah.

 Ikhlas adalah termasuk amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian istimewa dan dilakukan dengan cara “istimrar” (terus menerus) di setiap kita hendak melakukan `amal `ibadah, agar amalan kita menjadi bernilai di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Amalan–amalan hati ialah pokok adapun amalan–amalan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat sekedudukan dengan ruh, adapun amalan sekedudukan dengan jasad, sehingga apabila ruh telah terpisah dengan jasad maka binasalah. Oleh sebab itu mengetahui hukum – hukum hati lebih penting dari pada mengetahui hukum-hukum jasad. [Badai`ul Fawaaid 3/224].

Niat berasal dari bahasa Arab, yang berarti tujuan. Sedangkan menurut istilah syara’ memiliki dua arti:

1. Ikhlash dalam beramal, yaitu semata-mata karena Allah, dan inilah yang sering dibicarakan oleh para Ulama ahli tauhid, suluk (perilaku) dan akhlak.

2. Membedakan antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lain, atau ibadah dengan kebiasaan. Istilah ini sering dipakai oleh ulama-ulama Fiqh.

Niat dipakai untuk membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan yang dilakukan oleh manusia), misalnya : Mandi, apabila dimaksudkan (niatkan) karena Allah semata untuk menghilangkan hadats besar (mandi junub misalnya) maka hal yang semacam itu akan menjadi ibadah, lain halnya apabila mandi semata-mata dimaksudkan untuk membersihkan badan atau mendapatkan kesegaran, maka hal itu menjadi adat (kebiasaan) saja.

Ikhlas adalah amalan hati.  Sesungguhnya ikhlas kunci dakwah para rasul, yakni menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata dan menjauhi thagut :

ูˆู…َุง ุฃُู…ِุฑُูˆْุง ุฅِู„ุงَّ ู„ِูŠَุนْุจُุฏُูˆْุง ุงู„ู„ู‡َ ู…ُุฎْู„ِุตِูŠْู†َ ู„َู‡ُ ุงู„ุฏِّูŠْู†َ ุญُู†َูَุงุกَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…[Al-Bayyinah: 5]

Yang dimaksud dengan ” (ุญُู†َูَุงุกَ ) agama yang lurus” pada ayat di atas adalah terjauhkan dari perkara-perkara syirik dan menuju kepada tauhid. Di sinilah pentingnya ikhlash dalam seluruh amal ibadah, agar amalan tersebut tidak sia-sia, dan tidak mendapat adzab dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kemudian bahwa pengaruh ikhlas terhadap amalan itu sangatlah besar, amal yang kecil dan sedikit jika dilakukan dengan ikhlas dapat memperoleh pahala yang besar. Suatu jenis amalan yang dikerjakan oleh manusia dengan menyempurnakan keikhlasannya dan ketundukkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, terkadang Allah Subahnahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa besar dengan sebab amalan itu, sebagaimana hadits al-bithaqah, seorang yang memiliki satu kartu Laa ilaaha illa Allah, lalu diampuni dosa-dosanya sebanyak 99 lembaran catatan amal keburukan, ini karena dia mengucapkan Laa ilaaha illa Allah dengan ikhlas dan jujur/benar, karena kalau tidak, maka para pelaku dosa besar yang masuk ke dalam neraka semuanya juga mengucapkan tauhid, tetapi perkataan mereka tidaklah lebih berat terhadap dosa-dosa mereka sebagaimana pemilik kartu (Laa ilaaha illa Allah) itu.”

Hadits pemilik kartu Laa ilaaha illa Allah itu, adalah sebagai berikut:

ุนَู†ْ ุฃَุจِูŠ ุนَุจْุฏِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ْู…َุนَุงูِุฑِูŠِّ ุซُู…َّ ุงู„ْุญُุจُู„ِูŠِّ ู‚َุงู„ ุณَู…ِุนْุชُ ุนَุจْุฏَ ุงู„ู‡ِb ุจْู†َ ุนَู…ْุฑِูˆ ุจْู†ِ ุงู„ْุนَุงุตِ ูŠَู‚ُูˆู„ُ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู‡َِ n ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ุณَูŠُุฎَู„ِّุตُ ุฑَุฌُู„ุงً ู…ِู†ْ ุฃُู…َّุชِูŠ ุนَู„َู‰ ุฑُุกُูˆุณِ ุงู„ْุฎَู„ุงَุฆِู‚ِ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ูَูŠَู†ْุดُุฑُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุชِุณْุนَุฉً ูˆَุชِุณْุนِูŠู†َ ุณِุฌِู„ุงَّ ูƒُู„ُّ ุณِุฌِู„ٍّ ู…ِุซْู„ُ ู…َุฏِّ ุงู„ْุจَุตَุฑِ ุซُู…َّ ูŠَู‚ُูˆู„ُ ุฃَุชُู†ْูƒِุฑُ ู…ِู†ْ ู‡َุฐَุง ุดَูŠْุฆًุง ุฃَุธَู„َู…َูƒَ ูƒَุชَุจَุชِูŠ ุงู„ْุญَุงูِุธُูˆู†َ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ู„ุงَ ูŠَุง ุฑَุจِّ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ุฃَูَู„َูƒَ ุนُุฐْุฑٌ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ู„ุงَ ูŠَุง ุฑَุจِّ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ุจَู„َู‰ ุฅِู†َّ ู„َูƒَ ุนِู†ْุฏَู†َุง ุญَุณَู†َุฉً ูَุฅِู†َّู‡ُ ู„َุง ุธُู„ْู…َ ุนَู„َูŠْูƒَ ุงู„ْูŠَูˆْู…َ ูَุชَุฎْุฑُุฌُ ุจِุทَุงู‚َุฉٌ ูِูŠู‡َุง ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู‡ُุจ ูˆَุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆู„ُู‡ُ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ุงุญْุถُุฑْ ูˆَุฒْู†َูƒَ ูَูŠَู‚ُูˆู„ُ ูŠَุง ุฑَุจِّ ู…َุง ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ْุจِุทَุงู‚َุฉُ ู…َุนَ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุณِّุฌِู„َّุงุชِ ูَู‚َุงู„َ ุฅِู†َّูƒَ ู„ุงَ ุชُุธْู„َู…ُ ู‚َุงู„َ ูَุชُูˆุถَุนُ ุงู„ุณِّุฌِู„ุงَّุชُ ูِูŠ ูƒَูَّุฉٍ ูˆَุงู„ْุจِุทَุงู‚َุฉُ ูِูŠ ูƒَูَّุฉٍ ูَุทَุงุดَุชِ ุงู„ุณِّุฌِู„ุงَّุชُ ูˆَุซَู‚ُู„َุชِ ุงู„ْุจِุทَุงู‚َุฉُ ูَู„ุงَ ูŠَุซْู‚ُู„ُ ู…َุนَ ุงุณْู…ِ ุงู„ู‡ِู‚ ุดَูŠْุกٌ

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu , dia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengadili salah seorang laki-laki dari ummatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu ditunjukan kepada laki-laki tersebut 99 catatan (amal keburukan), setiap satu catatan panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian dikatakan kepada laki-laki tersebut: ”Apakah kau ingkari dari semua ini (kedzaliman yang telah kau perbuat)? Apakah para malaikat-Ku pencatat dan penjaga amalan menzhalimimu? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Lalu Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Apakah engkau punya alasan (berbuat kezhaliman itu)? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Kemudian Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Ya benar, tetapi sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami, dan sesungguhnya tidak ada kedzaliman atasmu pada hari ini. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan sebuah kartu kecil yang di dalamnya terdapat : Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhamadan ‘abduhu warasuluhu (Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Datangkan timbanganmu”, maka orang tersebut berkata: “Ya Tuhan untuk apa kartu kecil ini dibandingkan dengan catatan (amal keburukan) ini ?”, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Sesungguhnya pada hari ini tiada kedzaliman”. Maka diletakkanlah catatan itu pada salah satu daun timbangan, dan kartu kecil itu diletakan pada satu daun timbangan yang lain. Maka jadi ringanlah catatan-catatan `amal keburukan itu dan beratlah kartu kecil tersebut, maka tiadalah sesuatupun yang menjadi berat dibandingkan dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. [HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i].

Ada beberapa pengertian tentang ikhlas yang disebutkan oleh ulama, antara lain :
1. Diantaranya ada yang mengatakan : Ikhlas ialah “Menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya tujuan di dalam menjalankan ketaatan”.

2. Ada juga yang mengatakan : “Ikhlas ialah membersihkan perbuatan dari mencari pandangan manusia”.

3. Al-Harawi berkata: “Ikhlas ialah membersihkan amalan dari setiap noda”.

4. Dan sebagian yang lain ada yang mengatakan: “Orang yang mukhlis ialah orang yang tidak perduli, seandainya hilang seluruh penghormatan kepadanya di dalam hati manusia, untuk kebaikan hatinya bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan dia tidak suka manusia mengetahui amalannya walaupun seberat debu. Allah.

Tidak diragukan lagi bahwa keikhlasan membutuhkan kesungguhan, usaha dan tekad yang tinggi hingga seorang hamba mampu mengalahkan ego, syahwat, dan nafsu amarah dan lawamahnya.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Kalender 2019

Kalender 2019
Perfect World Online Spear Thingy

Masehi HijriyahPerhitungan pada sistem konversi Masehi – Hijriah ini memungkinkan terjadi selisih H-1 atau H+1 dari tanggal seharusnya untuk tanggal Hijriyah

SELAMAT BERGABUNG DI MUSLIM CENTER SMKN 2 TEBING TINGGI.AYO SEGERA DAFTARKAN DIRI ANDA UNTUK MENGAJI, DIJAMIN LANGSUNG LANCAR MEMBACA AL QUR'AN AYO BACA CERITA MENARIK HANYA DI BLOG INI SETIAP HARI KAMIS DAN SABTU PUKUL 19.00 WIB .
Islam Ornamental Art 2
SELAMAT DATANG DI BLOG MUSLIM CENTER. SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT UNTUK ANDA DAN DAPATKAN SELURUH INFORMASI DISINI
AYO LIKE AND SUBSCRIBE DAKWAH STOP MOTION,TAQWA MEDIA DAN MUSLIM CENTER SMK 2 DI YOUTUBE KESAYANGAN ANDA.

back to top